0362 21985
ekbangsetda@bulelengkab.go.id
Bagian Perekonomian dan Pembangunan

SAATNYA EKONOMI INDONESIA BERLARI KENCANG

Admin ekbangsetda | 09 Juli 2019 | 732 kali

 

 

Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis pertumbuhan ekonomi Kuartal I 2019 di angka 5.07%, yang tentu saja berada dibawah prediksi pemerintah, bank sentral, maupun pasar. Hal ini tentu saja kontras dengan ekonommi Amerika Serikat yang tumbuh lebih tinggi daripada konsensus pasar. Hingar-bingar (kampanye) pemilu di dalam negeri tampaknya tidak berdampak cukup banyak untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan pertama 2019. Ekspor dan impor yang justru anjlok menunjukkan bahwa fundamental ekonomi kita belum tertata dengan cukup baik. Jika tren pertumbuhan ekonomi dalam negeri di kisaran hanya 5% yang merupakan the new normal terus berlanjut, mimpi untuk menjadi kekuatan ekonomi dunia tampaknya hanya menjadi kenangan. Kita menyadari bersama bahwa pertumbuhan yang biasa-biasa saja tidak dapat membawa Indonesia melangkah lebih cepat. Diperlukan strategi dan eksekusi yang jauh lebih baik dimasa yang akan datang.

Pemerintah, pelaku bisnis, maupun akademis perlu duduk bersama untuk merumuskan strategi ekonomi dimasa depan. Reformasi menyeluruh pada ekonomi Indonesia sangat diperlukan. Sangat penting untuk melakukan big leap forward untuk mengubah pada ekonomi Indonesia yang berjalan belakangan ini, sehingga pertumbuhan ekonomi yang optimal dapat dicapai.

Wacana ibukota baru yang dihembuskan akhir-akhir ini tentu saja tidak cukup untuk melakukan lompatan ekonomi. Pemerintah perlu melakukan big push terhadap pasar. Hal yang mendesak untuk dilakukan adalah penguatan fundamental ekonomi kita. Sumber pertumbuhan yang konstan dan membosankan mengindikasikan bahwa kita berjalan lambat. Ekspor yang juga tidak bertumbuh dengan pesat membuktikan bahwa kita kurang memanfaatkan potensi dalam negeri.

Berikutnya, pertumbuhan konsumsi yang landai jika dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk membawa pesan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat berkembang dengan biasa-biasa saja. Dengan demikian, hal yang mendesak dilakukan adalah mengubah skema pertumbuhan dalam negeri. Pemerintah perlu menguatkan keunggulan komparatif Indonesia. Selain itu perlu dilakukan transformasi besar-besaran di sektor barang dan jasa.

Pemanfaatan nilai tambah terhadap barang dan jasa terhadap ekonomi perlu lebih di optimalkan lagi. Kemudian infrastruktur yang dibangun dengan cukup massif belakangan ini juga wajib di barengi dengan menumbuhkan industry-industri baru, sehingga dapat menimmbulkan multiplier effect.(Dr)

Jika menilik pertumbuhan Negara-negara yang ekonominya bertumbuh cukup tinggi di emerging market, salah satu kuncinya adalah investasi. Foregin Direct Investment (FDI) adalah hal yang penting dalam investasi. Saat ini FDI Indonesia masih sangat kecil, di kisaran 2% dari PDB. Dimasa yang akan datang, pemerintah perlu membuka FDI dengan besar-besaran. Ease of doing business perlu diperbaiki dan ditingkatkan agar lebih baik dibandingkan dengan Negara emerging market lainnya, dan insentif fiscal wajib diberikan kepada investasi baru, sehingga Indonesia dapat menjadi tujuan utama investasi. Selanjutnya, kebijakan suku bunga rendah adalah sangat penting untuk menumbuhkan investasi. Suku bunga yang cukup tinggi belakangan ini perlu diturunkan berbarengan dengan penguatan ekonomi domestik. Perlu disadari bersama bahwa suku bunga belakangan ini menimbulkan kekurang yakinan di pasar. Oleh karena itu, kebijakan yang akhir-akhir ini lebih berfokus kepada stabilitas ekonomi, wajib diubah dengan berfokus kepada pertumbuhan. Kebiajakan impor akhir-akhir ini yagn cukup tinggi yang sedikit banyak berdampak terhadap inflasi yang rendah juga perlu diubah. Dengan adanya deficit current account  tentu saja mengurangi potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerintah perlu mengurangi main aman dengan menghilangkan hal-hal yang menghambat potensi bangsa.

Pemerintah juga perlu mendorong dan memfasilitisi iklim usaha yang lebih kondusif. Diperlukan sinergi yang lebih baik dan lebih nyata antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta, dan koperasi. Kemudian, BUMN yang seharusnya menjadi salah satu motor ekonomi perlu direstrukturisasi. Skandal Garuda Indonesia yang di duga memanipulasi laporan keuangan menunjukkan buruknya pengelolaan BUMN. Bisa jadi, hal tersebut juga terjadi di korporasi negara lainnya jika dilakukan audit secara menyeluruh. Selain itu, ditetapkannya Direktur Utama PLN sebagai tersangka oleh KPK juga menjadi bukti kurang berintegritasnya pengelolaan BUMN kita. Restrukturisasi BUMN dapat menjadi salah satu faktor yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dalam memberikan manfaat langsung kepada negara berupa pajak, deviden, dan PNBP yang lebih optimal di masa depan, serta terbukanya lapangan kerja lebih besar di berbagai sektor.

Download disini