MUDAHNYA BERAGAMA HINDU
Ada banyak opini yang tersebar diberbagai media maupun dalam percakapan sehari-hari, bahwa menjadi orang bali yang beragama Hindu sangat berat, penuh dengan upacara, banyak larangannya, banyak kewajibannya. Khusus untuk upacara, bahkan ada persepsi bahwa resepsi itu terlalu berat secara ekonomi bahkan sampai menyebabkan kemiskinan. Akhirnya sampai pada kesimpulan takut menjadi orang Bali, takut menjadi orang Hindu. Jauh lebih enak dan praktis pada agama lain. Padahal sesungguhnya, kalau kita pahami dengan baik dan bisa kita lakukan intepretasi terhadap ajaran agama, sebenarnya menjadi orang Hindu itu sangat mudah dan simple. Tidak ribet.
Mengapa dikatakan tidak ribet, berikut diantaranya alasannya.
Namun demikian, tidak pula berarti bahwa yang sederhana atau kecil selalu berkualitas. Semuanya harus menyesuaikan , dalam keseimbangan antara berbagai komponen upacara-upakara yang dilaksanakan.
PRINSIP-PRINSIP DASAR
Kalau dikatakan bahwa agama Hindu sangat fleksibel, selalu menyesuaikan dengan agama local, tidak harus sama dengan India, yang menentukan seseorang itu bisa bisa disebut penganut atau beragama Hindu dan prinsip-prinsip dasar yang harus dianut oleh orang Hindu. Ada beberapa prinsip dasar yang harus diyakini dan/atau diikuti oleh setiap umat Hindu, seperti Panca-Sradha, Trihita Karana, Rwa Bhinneda dan seterusnya
Ajaran dasar Agama Hindu adalah kepercayaan atas 5 (limma) hal yang disebut Panca Srada :
Sepanjang seseorang memeprcayai dan meyakini kelima kepercayaan dasar tersebut, maka dia adaah penganut agama Hindu, walaupaun karena alas an praktis dan politis di KTP-nya tertulis bukan Hindu.
Trihita Karana mengajarkan bahwa hidup ini harus berkesinambungan. Kebahagiaan hanya bisa didapatkan hanya jika (dan hanya jika) kita menyeimbangkan berbagai aspek dalam kehidupan, seperti keseimbangan material-spritiual, duniawi-surgawi, social-individual, dan seterusnya, atau keseimbangan anatar manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, dan manusia dengan Tuhan. Prinsip ini juga berarti bahwa tidak ada gunanya kita sembahyang puluhan kali dalam sehari, membina hubungan dengan Tuhan, kalau kita tidak bisa membina hubungan baik dengan sesame manusia.
Rwa Bhinneda secara harfiah berarti dua kutub yang berbeda. Seperti hitam-putih,, baik-buruk, atas-bawah, kaya-miskin, laki-perempuan, dan seterusnya. Dengan prinsi Rwa Bhinneda ini kita diajarkan untuk menerima perbedaan, bahkan hal yang berlawannan sekalipun. Namun demikian, diajarkan bahwa kedua kutub yang berlawanan itu jangan dipertentangkan, melainkan harus diterima sebagai keniscayaan dan kita harus bisa menyeimbangkannkedua kutub itu. Kita bisa hidup dalam perbedaan, co-eksistensi.
Desa-Kala-Patra mengajarkan kita untuk selalu melakukan adaptasi dengan situasi kondisi dimana kita berada. Teori Darwin mengajarkan bahwa makhluk hidup yang bisa bertahan sepanjang zaman bukanlah makhluk yang paling besar, bukanlah yang paling kuat, dan bukan juga yang larinya paling cepat. Mkahluk yangb bisa bertahan hidup sepanjang zaman adalah makhluk yang bisa beradptasi dengan lingkungan.
Mirip dengan Desa-Kala-Patra, prinsip ini juga mengajarkan bahwa di Hindu tidak ada yang sifatnya mutlak-mutlakan (selain Hyang widhi). Karena tidak mutlak, maka setiap melaksanakan sesuatu selalu menggunakanukuran-ukuran relative, yang bisa berbeda antara yang satu dengan yang lain yaitu :
Jadi apapun yang dilakukan, termasuk pelaksanaan upacara, harus memperhatikan kelima aspek tersebut.
Setiap orang Hindu diberikan kebebasan untuk memuja Tuhan melalui manifestasi-Nya yang sesuai dengann diriNya. Meskipun agama Hindu pada dasarnya monotheisme (mengakui Tuhan Yang Maha Esa) namun umat Hindu menyebutkan Tuhan dengan berbagai nama sesuai dengan fungsi (Bhineka Tunggal Ika Tanhana Dharma Mangrwa, Eka Narayana adityo asti Kascit, ekamsatwitprah Whuda Wadanti).
Karena Tuhan bersifat Acitya (tidak bisa dipikirkan), maka umat Hindu pun tidak bisa membayangkan Kebesaran Tuhan sehingga tidak bisa berkonsentrasi ketika memuja Tuhan. Oleh karena itu umat Hindu dibenarkan untuk memuja Tuhan dalam fungsi-fungsi Tuhan terkait dengan kehidupan manusia. Ketika Tuuhan menciptakann alam semesta beserta segala isinya, Tuhan disebut Brahma. Ketika Tuhan memelihara alam raya Tuhan disebut Wisnu. Ketika Tuhan menghancurkan atau mempralina alam semesta ini, Tuhan disebut Siwa. Ketika Tuhan menurunkan ilmu pengetahuan, disebut dewi Saraswati. Ketika tuhan memberikan kemakmuran atau kesejahteraan, disebut Dewi Laksmi. Ketika memberikan makanan, disebut dewi sri. Ketika mengatur perputaran tata surya, disebut Dewa Surya. Ketika menguasai pergerakan angin, disebut Dewa Bayu, Ketika mengatur ombak dan arus dilaut, disebut Dewa Baruna, dan seterusnya. Umat Hindu dipersilakan memuja Tuhan dalam berbagai manifestasi seperti disebut diatas.
Dari berbagai prinsip dasar tersebut, jelas terlihat bahwa beragama Hindu itu sangat mudah. Sangat fleksibel, bisa disesuaikan dengan lingkungan, bisa disesuaikan dengan budaya local, bisa disesuaikan dengan berbagai keadaan social yang ada, dan bisa disesuaikan dengan keadaaan diri atau kemampuan masing-masing umat.